Beranda | Artikel
14 Catatan tentang Ghashab (bagian - 1)
Rabu, 1 Oktober 2014

Ghashab

Ditulis oleh ustadz Ammi Nur Baits

Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, amma ba’du

Berikut beberapa catatan seputar ghasab yang kami terjemahkan dari artikel Dr. Khalid al-Musyaiqih,

Pertama, pengertian dan batasan ghasab

الغصب هو الاستيلاء على حق الغير مالاً كان أو اختصاصاً قهراً بغير حق

Ghasab adalah menguasai hak orang lain, baik bentuknya harta atau hak guna, yang dilakukan secara paksa, tanpa alasan yang benar.

الغصب شامل لجميع الأموال والمختصات

Ghasab berlaku untuk semua harta dan hak guna.

Ghasab hukumnya haram.

Kedua, batasan nanggung resiko

أن الأموال التي غصبت فإنها تضمن إذا تلفت وأما المختصات فموضع خلاف بين العلماء والأقرب أنها تضمن لأن عندنا قاعدة« أن الغاصب يعامل بأضيق الأمرين» .

Harta yang dighasab, semua resiko kerusakan ditanggung orang yang mengghasab. Sedangkan hak guna, ada perbedaan pendapat ulama. Dan pendapat yang kuat, resiko tetap ditaggung yang ghasab. Berdasarkan kaidah: ‘Orang yang melakukan ghasab, disikapi dengan keadaan yang paling berat baginya.’

وهذا الضابط على المذهب – مذهب الحنابلة- : يجب رد العين المغصوبة ولو كلفت أضعاف القيمة

Batasan ini sesuai madzhab Hambali, orang yang ghasab, wajib mengembalikan benda yang dighasab, meskipun dia harus memberikan ganti rugi berlipat-lipat.

ونفرض أنه غصب حديداً وجعله في أساس البيت وبنى عليه خمسة أدوار نقول يجب أن تنقض هذا البيت وتخرج الحديد وتعطيه صاحبه واستدلوا (ليس لعرق ظالم حق) .

Sebagai contoh: Ada orang meng-ghasab besi. Kemudian dia gunakan untuk membuat pondasi rumah. Di atas pondasi ini, dia membangun 5 rumah. Aturan yang berlaku: wajib membongkar semua rumah ini, kemudian besinya dikeluarkan, dan diberikan kepada pemilik. Ulama Hambali berdalil dengan hadis: ‘Hasil usaha dari perbuatan orang dzalim, tidak ada hak.’

القول الثاني : إذا غصب الساجة ثم بنى عليها فإنه لا يلزم بأن ينقض البناء وإنما يقوم قيمتها لمالكها.
ولهذا نقول يجب رد العين المغصوبة ما لم يترتب على ذلك ضرر فاحش .

Pendapat kedua mengatakan, apabila ada orang yang meng-ghasab beton, kemudian dia gunakan untuk pondasi bangunan, tidak wajib baginya untuk merobohkan bangunan. Dia hanya wajib mengganti rugi berupa uang senilai barang itu kepada pemiliknya.

Berdasarkan pendapat ini, berarti wajib mengembalikan barang yang dighasab selama tidak menyebabkan kerugian yang besar.

Ketiga, wajib mengembalikan semuanya

يجب على الغاصب رد زيادة المغصوب سواء كانت متصلة أو منفصلة

Orang yang ghasab wajib mengembalikan tambahan pada barang yang dighasab. Baik tambahan itu melekat (nyambung) dengan barang yang dighasab, maupun terpisah darinya.

Misalnya: orang ghasab kambing, kemudian kambing itu beranak. Maka kambing dan anaknya wajib dikembalikan.

Keempat, pengurangan nilai juga ditanggung

يضمن الغاصب نقص القيمة ولو نقص السعر.
مثال : غصب الكتاب وكانت قيمته تساوي مئة ريال وبعد ساعة أصبحت تساوي تسعون ريال فتقول أنه يضمن

Orang yang ghasab wajib menanggung pengurangan nilai barang, meskipun harganya turun.

Sebagai contoh, ada orang yang meng-ghasab kitab, yang harganya sekitar 100 real. Setelah satu jam, harganya menjadi 90 real. Aturan yang berlaku: wajib ditanggung.

Kelima, ghasab tanah

إذا غصب الأرض وبنى عليها عمارة أو غرس فيها نخلاً نقول يترتب عليها أمور إذا لم يتراضيا :

Apabila ada orang yang ghasab tanah, kemudian dia bangun properti di sana atau ditanami pohon. Aturan yang berlaku, ada beberapa konsekuensi apabila tidak terjadi kesepakatan,

1- اقلع الغراس وانقض البناء

2- يضمن النقص

3- تسوية الأرض

4- عليه التوبة

5- عليه الأجرة

1. Mencabut pohon yang ditanam, atau membongkar bangunan yang dibangun

2. Mengganti rugi biaya penurunan nilai

3. Meratakan tanahnya

4. Wajib taubat

5. Wajib bayar nilai sewa tanah

Keenam, hasil benda yang di ghasab

إذا كسبت العين المغصوبة فالكسب للمالك وإن كسب الغاصب والعين المغصوبة وسيلة فالكسب للغاصب.

مثال : غصب كلب صيد وصار به فالصيد للمالك لكن إذا غصب منجلاً وقطع به شجراً فهي للغاصب

Apabila benda yang dighasab diguakan untuk bekerja, maka hasilnya menjadi hak pemilik benda. Dan apabila orang yang ghasab bekerja sementara benda yang dighasab hanya sebagai wasilah, maka hasil kerja tetap menjadi mililk yang ghasab.

Sebagai contoh, seseorang meng-ghasab anjing buruan, dan dia gunakan untuk berburu, maka hasil buruannya menjadi hak pemilik anjing. Namu jika dia ghasab parang atau celurit, dan dia gunakan untuk menebang pohon, maka kayu tetap menjadi milik yang ghasab.

القول الثاني : ذهب بعض أهل العلم : إن المالك مخير بين الأجرة والكسب وهناك قول لشيخ الإسلام أن المالك الغاصب يشتركان في الكسب بقدر نفعهما .

Ada juga ulama yang berpendapat, pemilik benda yang dighasab memiliki hak pilih, antara meminta biaya sewa barangnya yang dighasab atau merampas hasil pekerjaan orang itu.

Dan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Rahimahullah mengatakan, bahwa pemilik dan orang yang ghasab menjadi kongsi dalam usaha itu, yang nilainya sesuai manfaatnya.

Ketujuh, konsekuensi memanfaatkan benda yang dighasab

إذا عمل الغاصب في العين المغصوبة .مثال : نسج الغزل نقول يلزمه أشياء .

1- أن يرد العين المغصوبة

2- يرد النقص إن نقصت العين المغصوبة .

3- إذا زادت العين المغصوبة فالزيادة للمالك .

4- لا أجرة على عمله

Apabila orang yang ghasab memanfaatkan benda yang dighasab untuk bekerja, maka ada beberapa konsekuensi yang harus dia kerjakan,

1. Dia kembalikan benda yang dighasab

2. Dia mengembalikan nilai pengurangan benda yang dighasab

3. Jika harganya naik, tambahan harga menjadi hak pemilik

4. Tidak ada upah untuk pekerjaannya.

Demikian, bersambung insyaaAllah…

PengusahaMuslim.com .

Informasi

SPONSOR hubungi: 081 326 333 328
DONASI hubungi: 087 882 888 727
Donasi dapat disalurkan ke rekening: 4564807232 (BCA) / 7051601496 (Syariah Mandiri) / 1370006372474 (Mandiri). a.n. Hendri Syahrial


Artikel asli: https://pengusahamuslim.com/4247-14-catatan-tentang-ghashab.html